Pertanian Perkotaan Solusi Terbatasnya Lahan
Kamis (6/2) pagi, rombongan anggota dewan dari Kota Surabaya mengunjungi gedung DPRD Kota Jogja. Dalam pertemuan tersebut, Luthfiyah, anggota DPRD Kota Surabaya menyampaikan bahwa Kota Surabaya memiliki Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup besar, yaitu mencapai Rp 6 T. Akan tetapi, pendapatan tersebut tidak ada yang berasal dari sektor pertanian. “Untuk itu kami ingin melihat bagaimana upaya Kota Yogyakarta dalam mengembangkan ketahanan pangan. Seperti diketahui, Kota Yogyakarta memiliki kondisi geografis yang hampir sama dengan Kota Surabaya,” ucapnya.
Sebelum menanggapi yang disampaikan pimpinan rombongan DPRD Kota Surabaya, Kabag Administrasi Umum dan Humas Sekretariat DPRD Kota Yogyakarta, Jalaludin menyampaikan bahwa hari ini merupakan hari yang istimewa, karena seluruh pegawai di Pemkot Jogja menggenakan pakaian adat Jogjakarta. Hari ini bertepatan dengan hari Kamis Pahing yang merupakan hari lahir Kraton Ngayogyakarto. Berdasarkan perjanjian Giyanti, Kota Yogyakarta lahir pada hari Kamis Pahing, tanggal 7 Oktober 1755. “Peringatan ini dilakukan setiap bulan sekali. Seluruh pegawai di lingkungan Pemkot Jogja hingga pelajar wajib memakai baju ini. Ini merupakan salah satu upaya untuk nguri-uri budaya,” tutur Jalaludin.
Terkait dengan sektor pertanian, Jalaludin juga menjelaskan bahwa Kota Yogyakarta juga memiliki lahan pertanian yang terbatas. Dengan keluasan yang hanya 32 km persegi, lahan pertanian sudah sangat minim. Beberapa kecamatan yang masih memiliki lahan pertanian diantaranya Kotagede, Tegalrejo, Mergangsan, Umbulharjo, dan Mantrijeron. Akan tetapi, nampaknya lahan pertanian disini juga selalu berkurang untuk perkembangan hunian. Untuk itu, Dinas Pertanian dan Pangan Kota Jogja harus terus mengupayakan ketahanan pangan dengan mengembangkan inovasi pertanian perkotaan. “ Barangkali ini bisa diadopsi oleh Kota Surabaya. Model pertanian ini adalah kegiatan bercocok tanam dengan menggunakan lahan yang tersisa, misalnya pot. Di sini antusias kelompok tani perkotaan cukup tinggi. Disamping bercocok tanam, mereka juga ditugasi sebagai pengelola bank sampah. Selain itu, juga perlu diupayakan diversifikasi makanan selain beras. Generasi sekarang juga perlu diperkenalkan jenis makanan karbo yang hampir punah seperti garut, uwi, gembili, dll. “ terangnya. (ism/ast)