Fokus Kota Jogja Tawarkan Pariwisata Berbasis Budaya “Jogja Cultural Experiences”

Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan di Indonesia khususnya di sektor ekonomi. Pariwisata terdiri dari berbagai macam jenis, salah satunya adalah pariwisata berbasis budaya. Pariwisata berbasis budaya adalah salah satu jenis kegiatan pariwisata yang menggunakan kebudayaan sebagai objeknya. Setiap destinasi wisata harus memiliki sisi unik masing-masing. Semakin khas dan menarik tempat wisata, diyakini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk berkunjung. Kalau destinasi biasa saja, dimana pun bisa ditemui, maka harus dicari keunikan yang bisa menguatkan karakter, sehingga dapat meningkatkan daya saing serta daya tarik itu sendiri.

Sebagai provinsi tujuan wisata kedua setelah Bali, Yogyakarta telah mencanangkan Visi Pembangunan Wisata yang mewujudkan Yogyakarta sebagai destinasi wisata berkelas dunia, berdaya saing, berwawasan budaya, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah, dan pemberdayaan masyarakat. Yogyakarta juga mengusung moto “Jogja Cultural Experiences”  yang menjadikan budaya sebagai karakter pariwisata Yogyakarta. Hal ini sesuai dengan target Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X mewujudkan Yogyakarta sebagai pusat pendidikan kebudayaan dan daerah terkemuka di Asia Tenggara pada tahun 2025.

Kepedulian masyarakat Yogyakarta didukung pemerintah daerah dalam pelestarian kebudayaan sehingga kebudayaan terpelihara secara turun temurun. Pelestarian budaya pun telah dilakukan oleh berbagai generasi. Berkaca dari negara maju seperti Korea Selatan dan Jepang dengan kemajuan teknologi yang luar biasa, kebudayaan di negeri tersebut tetap dijunjung tinggi. Tujuannya adalah sama, yakni menjadikan budaya sebagai cermin pengambilan kebijakan pembangunan. Tak heran bila dalam pengambilan kebijakan pembangunan di zaman modern ini tak boleh melanggar nilai-nilai budaya.

Kehidupan masyarakat Yogyakarta telah mencerminkan pelestarian kebudayaan. Tempat bersejarah telah menjelma menjadi daya tarik wisatawan. Wisata budaya ini memperkaya destinasi wisata yang ada di Yogyakarta. Wisata budaya tersebut berupa pertunjukan kebudayaan seperti tari-tarian, makanan tradisional, pakaian khas, bangunan bersejarah, dan sebagainya. Bahkan dengan berbasis masyarakat lokal, saat ini juga ada wisata dengan mengusung konsep desa/kampung wisata.

Berdasarkan Perwal Yogyakarta No. 115 Tahun 2016 tentang penyelenggaraan Kampung Wisata bahwa dalam rangka mendukung kegiatan kepariwisataan yang berbasis potensi wilayah baik daya tarik alam, kehidupan sosial masyarakat, seni budaya dan tradisi, kerajinan dan kuliner, maka perlu adanya program dan kegiatan pada Kampung Wisata di wilayah Kota Yogyakarta dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan Kampung Wisata. Di Kota Yogyakarta sendiri terdapat sekitar 17 Kampung Wisata yang masing-masing mempunyai potensi daya tarik tersendiri. Tujuan dari adanya Kampung Wisata tak lain adalah agar masyarakat setempat langsung dapat menikmati keuntungan dengan pengembangan wisata. Pariwisata mampu menumbuhkan dan menggerakkan berbagai sektor ekonomi, membuka lapangan pekerjaan seperti perdagangan, usaha makan-minum, akomodasi penginapan dan sektor usaha jasa pariwisata lainnya.

Citra Yogyakarta sebagai Kota Pelajar dan Kota Budaya dengan warganya yang ramah, murah senyum, dan responsif menjadi salah satu daya tarik. Kondisi ini perlu direspon dengan pembenahan sektor pariwisata dan budaya Kota Yogyakarta secara konsisten. Dukungan dana yang lebih besar diperlukan untuk pembenahan agar kehidupan perekonomian warga Yogyakarta semakin baik ke depannya. Pemkot Yogyakarta sendiri telah membenahi infrastruktur, seperti bangunan bernuansa jawa serta tampilan seni tradisional di sepanjang Malioboro bersama DIY dalam hal ini Gubernur dengan dana istimewanya. Dukungan dan komitmen yang serius dari Pemda DIY dalam pembenahan pariwisata dan budaya memang dapat memperkuat pelestarian budaya yang selama ini selalu digaungkan.

Situs wisata sejarah hingga nuansa bangunan masa lalu yang sudah ada sejak turun temurun, jika dirawat dengan seksama bisa menjadikan Yogyakarta sebagai destinasi unggulan pariwisata dan budaya setelah Bali. Sebagai contoh, kawasan pecinan di Ketandan dengan budaya Barongsai pada saat perayaan Imlek, lima Kawasan Cagar Budaya (KCB) yaitu Kotabaru, Kotagede, Pakualaman, Malioboro dan Kraton dengan keunikan gaya bangunan masa lalu dan seni kerajinan. Wisata budaya tersebut harus terus dilestarikan karena memiliki daya tarik tinggi. Bahkan dapat dibaurkan dengan budaya modern seperti yang dilakukan Korea Selatan atau Jepang dalam promosi kebudayaannya.

Dari sisi wisata sejarah, sumbu filosofi Kota Yogyakarta yakni dari Gunung Merapi, Tugu Pal Putih, Kraton, Panggung Krapyak hingga Laut Selatan, sedang diajukan sebagai warisan dunia ke UNESCO. Ini menjadi hal lain yang membuat Pemda DIY dan Pemkot Yogyakarta memang perlu serius menggarap dan melestarikan pariwisata dan budaya agar nyaman dikunjungi. Dengan modal pariwisata yang cukup kompleks, perwujudan Yogyakarta sebagai kota tujuan wisata akan terwujud bila masyarakat Kota Yogyakarta mampu memelihara kebudayaan dan menciptakan inovasi pengembangan wisata. Kelak, ini akan memberikan sumbangan besar dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat Kota Yogyakarta.