Perencanaan Berbasis Wilayah Dijual ke Wisatawan 

LAMA tinggal wisatawan yang menginap di Kota Yogyakarta setelah badai pandemi COVID-19 merosot tajam ke angka 1,33 hari. Hal tersebut menjadi perhatian dari wakil rakyat DPRD Kota Yogyakarta. 
"Ya memang mau bagaimana lagi? Masa saat ini masih terbatas untuk ada pertunjukan. Wisatawan berkunjung ke Yogyakarta ya sekarang hanya ke tempat wisata. Padahal, potensi digarap masih sangat luas," kata Ketua Komisi A DPRD Kota Yogyakarta Dwi Candra Putra Rabu (27/10). 


Politikus Partai Nasdem ini melihat, perencanaan kewilayahan terintegrasi yang ada di masing-masing kelurahan bisa menjadi solusi menarik wisatawan lebih lama menginap di Kota Yogyakarta. Sebab, perencanaan tersebut bisa mengeksplorasi potensi dan menampilkannya untuk wisatawan. 
"Misalnya di Kelurahan Ngupasan, dengan posisi yang berada di perbatasan dengan Keraton dan Malioboro, wisatawan bisa tahu apa saja yang ada di sana? Apa yang baru?,” kata legislator dari Daerah Pemilihan (Dapil) Yogyakarta 2 ini. 


Apalagi saat ini wisatawan domestik, lanjut Candra, cenderung mencari alternatif destinasi wisata atau yang anti mainstream dan instagramable. Hal tersebut tentu akan sangat mendukung dengan tematik pembangunan di masing-masing kelurahan yang berbeda-beda.


”Tematik dan potensi yang berbeda-beda ini sangat menarik sebenarnya. Dan itu jika menjadi sebuah buku, wisatawan masuk ke hotel pasti tertarik,” jelasnya. 


Sebelumnya, Wali Kota Haryadi Suyuti menyebut, upaya mendorong lama tinggal wisatawan jadi salah satu fokus Pemkot di masa transisi. Tapi, ia berharap, hal tersebut, bisa diikuti dengan spending money. 
Ditegaskannya, dalam dunia pariwisata terdapat tiga faktor utama. Meliputi what to see, what to eat, dan what to buy. Karena itu, imbuhnya, perlu dibuat buku panduan, atau directory hotel, yang memuat tiga faktor tersebut.


”Length of stay wisatawan harus diikuti dengan spending money, agar ekonomi masyarakat dapat berjalan. Arahkan wisatawan untuk belanja wisata juga," terangnya. 
Orang nomor satu di kota pelajar itu mencontohkan, para pelaku industri akomodasi wisata, seperti perhotelan, bisa memberikan petunjuk kepada wisatawan, terkait potensi-potensi yang tersedia di sekitar tempat menginap. 


Entah itu potensi seni dan budaya yang dapat disaksikan, maupun makanan, atau oleh-oleh khas yang bisa diperoleh wisatawan. Karenanya, ia mendorong, supaya perhotelan sanggup mengambil peran nan penting tersebut. 


"Sehingga, upaya peningkatan length of stay ini sekaligus memberikan manfaat untuk warga masyarakat di sekitaran tempat wisatawan menginap juga," ujar Wali Kota. 


Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko berujar, pada 2019 lalu, lama tinggal wisatawan di wilayahnya, menyentuh 2,08 hari. Sedangkan pada 2020, turun jadi 1,63 hari, karena dampak pandemi. Lantas, per September 2021, merosot di 1,33 hari. Ia berharap, dengan perkembangan kasus Covid-19 yang semakin melandai, dan situasi yang mulai terkendali, lama tinggal wisatawan meningkat jelang akhir 2021 ini.