Pemkot Lakukan Uji Coba Malioboro Pedestrian
Yogyakarta dikenal sebagai Kota Budaya. Di Yogyakarta terdapat banyak kawasan-kawasan cagar budaya, termasuk Malioboro. Malioboro disebut sebagai sumbu filosofi (dari Panggung Krapyak-Tugu Pal Putih), sehingga Malioboro ditetapkan oleh UNESCO sebagai World Heritage(cagar budaya). Dengan adanya penamaan tersebut, maka Pemerintah setempat harus mengupayakan penataan lalu lintas di kawasan tersebut yang mengarah ke kawasan pedestrian. Topik ini menjadi menarik dalam perbincangan hangat disertai guyonan segar dari pelawak Jogja Joned, Jumitri, BambangGun, Sihono, Wisben dalam acara bertajuk Wedang Ronde yang disiarkan di Adi TV pada Sabtu (21/11) malam.
Dalam kesempatan tersebut menghadirkan bintang tamu dari DPRD Kota Jogja dan perwakilan dari Dinas Perhubungan Kota Jogja. Golkari Made Yulianto, Sekretaris Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta menyampaikan bahwa beberapa waktu lalu sudah pernah dilakukan percobaan Malioboro sebagai kawasan semi pedestrian setiap Selasa Wage, dimana Malioboro ditutup bagi kendaraan bermotor. Beberapa kendaraan yang masih diperbolehkan untuk lewat yaitu kendaraan umum (Trans Jogja), ambulans, dan tamu-tamu VVIP karena di kawasan tersebut terdapat Gedung Istana Negara. Sementara, Pemerintahan Kota Jogja mulai memberlakukan uji coba selama beberapa hari berturut-turut dari tanggal 3 – 14 September 2020. “Hal ini dilakukan untuk memperluas cakupan rekayasa manajemen lalu lintas. “Jika pada Selasa Wage hanya menutup Jalan Malioboro, sekarang ditambah dengan sistem giratori, karena ada beberapa jalan seperti Jl. Suryotomo dan Jl. Mataram dibuat satu arah ke Utara. Jl. Sarkem, satu arah ke Barat dengan Simpang Badran. Ke selatan Jl. Suprapto dibuat jalan satu arah, sedangkan Jl. KH Ahmad Dahlan dan Jl. Senopati masih bisa dua arah,” katanya.
Sementara, Ririk Banowati Permanasari, Ketua Komisi C DPRD Kota Jogja menyampaikan bahwa uji coba ini pasti berpengaruh, diantaranya dampak ekonomi berupa penurunan omzet hingga 70% dan secara sosial juga menambah kemacetan. Uji coba ini juga membutuhkan masukan-masukan dari masyarakat. “Uji coba dilakukan untuk melihat permasalahan-permasalahan apa saja yang muncul sehingga bisa dikaji untuk memperoleh penanganan yang tepat. Hal ini akan menjadi evaluasi untuk menemukan formula yang pas dalam menata Malioboro,” ucap Ririk. (Amin/Ast)