Pemkot Jogja Kembali Gulirkan Penataan Pedestrian
Setelah sempat tertunda akibat penanganan Covid-19, sejumlah pekerjaan fisik di Kota Yogya akhirnya bisa dilanjutkan. Salah satunya penataan jalur pedestrian di Jalan Jenderal Sudirman yang melanjutkan pekerjaan tahun lalu. Keterbatasan waktu serta dampak sosial yang ditimbulkan pun harus diperhatikan dengan baik. Ketua Fraksi Gerindra DPRD Kota Yogya Ririk Banowati Permanasari SH, mengungkapkan dalam beberapa tahun ini penataan jalur pedestrian selalu digulirkan. Diawali sepanjang kawasan Malioboro kemudian merambah di Jalan Suroto Kotabaru maupun Jalan Jenderal Sudirman. "Pekerjaan penataan pedestrian tahun ini dapat dilakukan karena berasal dari alokasi dana keistimewaan. Selain melanjutkan di Jalan Jenderal Sudirman juga akan menata trotoar di sepanjang Jalan KH Ahmad Dahlan," ungkapnya.
Khusus pekerjaan di Jalan Jenderal Sudirman, menurut Ketua Komisi C ini perlu mendapat pengawasan ketat. Hal ini karena lokasi yang ditangani turut menyasar sumbu filosofis Yogyakarta yakni hingga kawasan Tugu Pal Putih. Waktu yang tersedia sampai akhir tahun cukup terbatas. Sehingga jika terjadi kendala yang menyebabkan pekerjaan molor, tentu akan menimbulkan masalah estetika Kota Yogya. Di samping itu, dampak sosial di kawasan itu juga tidak bisa dipisahkan. Mengingat hasil pendataan instansi setempat, setidaknya terdapat 18 pelaku usaha yang sudah puluhan tahun menggantungkan nasibnya di wilayah itu. Sebagian besar merupakan PKL yang sudah mengantongi izin dari kecamatan setempat. "Penataan pedestrian memang cukup penting untuk akses publik. Tetapi pelaku di sana jangan terus diabaikan. Minimal mereka yang terdampak mendapatkan solusi tempat usaha di lokasi yang layak," imbuhnya.
Oleh karena itu, Ririk berharap Pemkot dapat benar-benar ekstra dalam mengawasi jalannya pekerjaan maupun solusi atas dampak sosialnya. Bahkan dirinya juga berharap, selain akses publik yang semakin baik, para pelaku usaha terdampak kelak juga semakin berkembang usahanya. Sehingga penataan yang selama ini dilakukan Pemkot mampu dirasakan secara nyata kemanfaatannya. Di samping itu, hasil penataan terutama di kawasan Tugu Pal Putih kelak bisa dijadikan acuan dalam menata wajah kota. Hal ini karena eksotisme Tugu sebagai bagian sumbu filosofis Yogyakarta akan terbebas dari kabel-kabel melintang yang selama ini menghalangi pemandangan. "Untuk memindahkan kabel melintang memang membutuhkan biaya yang besar. Tetapi Yogya yang mengedepankan aspek budaya, tentunya secara estetika juga harus terjaga. Kami akan selalu mendukung setiap penataan yang berkaitan dengan publik dan mengajak masyarakat untuk sama-sama mengawasinya," papar Ririk. (dhi/ast)