Wisata Berbasis Budaya di Jogja Kembali Bangkit

Sebagai masa depan pariwisata bagi Indonesia, Kota Yogya terus menunjukkan geliat. Namun, pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 membuat dunia pariwisata Yogya terpuruk. Sektor andalan penggerak ekonomi masyarakat ini mandeg seketika. Bahkan semua sektor, termasuk usaha kecil menengah, mengalami pailit. Anggota Fraksi PAN DPRD Kota Yogya HM Fursan, mengatakan pariwisata Yogya diprediksi akan tumbuh dua kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Beroperasinya Bandar Udara Internasional YIA di Kulonprogo menjadi salah satu tumpuan. "Lebih dari 6 juta wisatawan domestik maupun mancanegara ditargetkan berdatangan mengunjungi Yogya pada 2020. Infrastruktur dari bandar udara untuk memudahkan akses menuju Kota Yogya pun tengah dibuat. Tapi pandemi justru datang," katanya.

Belakangan, penyesuaian dilakukan dengan membuka perlahan Yogya setelah serangan Covid-19 di daerah ini dinilai mereda. Kehidupan ekonomi para pelaku usaha kecil menengah hingga para pemilik hotel dan restoran yang menyumbang lewat hasil pajaknya mulai bangkit. Para pendatang yang berencana menempuh pendidikan di Kota Yogya, baik SMA hingga perguruan tinggi, kembali disambut. Citra Yogya sebagai Kota Pelajar dan Kota Budaya dengan warganya yang ramah, murah senyum, dan responsif menjadi salah satu daya tarik. "Kondisi ini perlu direspon dengan pembenahan sektor pariwisata dan budaya Kota Yogya secara konsisten. Sebagai anggota dewan yang bermitra dengan dinas yang mengurusi persoalan pariwisata dan budaya, dukungan dana yang lebih besar diperlukan untuk pembenahan agar kehidupan perekonomian warga Yogya semakin menyala ke depannya," imbuh Wakil Ketua I DPRD Yogya ini.

Pemkot Yogya sendiri telah membenahi infraktuktur, seperti bangunan bernuansa jawa serta tampilan seni tradisional di sepanjang Malioboro bersama DIY dalam hal ini Gubernur dengan dana istimewanya. Dukungan dan komitmen yang serius dari Pemda DIY dalam pembenahan pariwisata dan budaya memang dapat memperkuat pelestarian budaya yang selama ini selalu digaungkan. Situs wisata sejarah hingga nuansa bangunan masa lalu yang sudah ada sejak turun temurun, jika dirawat dengan seksama bisa menjadikan Yogya sebagai destinasi unggulan pariwisata dan budaya setelah Bali. "Sebagai contoh, kawasan pecinan di Ketandan dengan budaya Barongsai, tari-tarian yang berasal dari Epos Ramayana, hingga tarian kerajaan yang sakral seperti serimpi hingga bedaya ketawang harus terus dilestarikan karena memiliki daya tarik tinggi. Bahkan dapat dibaurkan dengan budaya modern seperti yang dilakukan Korea Selatan dalam promosi kebudayaannya," urainya.

Dari sisi wisata sejarah, sumbu filosofi Kota Yogya yakni dari Gunung Merapi, Tugu Pal Putih, Kraton, Panggung Krapyak hingga Laut Selatan, sedang diajukan sebagai warisan dunia ke UNESCO. Ini menjadi hal lain yang membuat Pemda DIY DIY dan Pemkot Yogya memang perlu serius menggarap dan melestarikan pariwisata dan budaya agar nyaman dikunjungi. Kesadaran dan dorongan terhadap masyarakat untuk tetap menghidupkan pariwisata dan budaya Kota Yogya juga tak kalah penting. Kelak, ini akan memberikan sumbangan besar dalam sejarah geliat Yogya. (dhi/ast)